Kamis, 31 Mei 2012


Setting Knalpot Racing, Fokus di Karburator dan Celah Klep!


 Setel ulang sekrup udara karburator dimaksudkan agar mesin tidak gampang meletup ketiga grip gas ditutup
Pakai
 knalpot racing yang banyak dijual di pasaran, bisa aja langsung pasang. Mesin tetap bisa hidup dan juga dapat dipakai jalan.

Namun lebih baik seting dulu agar perfoma lebih bagus. Sebab terkadang mesin jadi lemot di rpm bawah dan atas, timbul gejala ngilitik hingga terjadi letupan saat gas ditutup.

Sendangkan munculnya gejala seperti itu, karena konstruksi beda dengan standar. Terutama volume pada pipa dan tabung silencer yang dipengaruhi panjang, lebar hingga susunan sekat yang ada di tabung.

Karena berubah bentuk, otomatis tendangan balik gas buang di perut knalpot ke ruang bakar tekanannya jadi berbeda. Makanya perlu penyesuaian di bagian komponen penyuplai gas bakar, terutama setingan karburator,” terang Marsudi mekanik yang kini gabung di tim Honda Denso Castrol NHK Jayadi Racing Team.

Untuk melakukan seting karbuartor juga tidak asal ganti komponen. Apalagi sekadar ganti knalpot racing tanpa ada bagian mesin yang ikut dimodifikasi. Marsudi bilang, cukup atur sekrup aliran udara. Atau naikkan spuyer main-jet 1 atau 2 step sesuai kebutuhan. Itu pun kalau perlu.

Lanjut Marsudi, untuk setelan sekrup udara baiknya sedikit ditutup. Sementara kalau untuk standar biasa pakai ukuran 1½ putaran balik dari posisi tertutup, dengan menggunakan knalpot racing yang lebih plong coba dibikin 1¼ putaran balik.

“Penyempitan aliran udara di lubang karbu lewat setelan sekrup udara, dimaksudkan agar mesin tidak gampang meletup ketiga grip gas tertutup. Sebab dalam kondisi itu di mana knalpot sudah plong, bensin jadi lebih sedikit daripada udara. Makanya dipersempit lagi agar bensin jadi lebih banyak. Letupan pun berkurang,” wantinya.

Selain seting sekrup udara. Untuk memaksimalkan tenaga di gasingan atas, di mana perut knalpot sudah lega dan butuh tendangan balik lebih kuat, Marsudi menyarakan untuk mengatur ulang spuyer main-jet.


 Setel klep untuk memaksimalkan tenaga juga untuk menyesuaikan kondisi cuaca di sekitar
“Biasanya sih aliran gas bakar diperbesar. Caranya, dengan menaikkan ukuran spuyer main-jet 1 atau 2 step. Peningkatan ini tentu harus disesuakan dengan kebutuhan. Caranya bisa dilihat dari hasil pembakaran. Seperti, kepala busi jangan terlalu putih atau hitam sekali,” lanjut mantan intruktur sekolah mekanik HMTC Jakarta.

Setelah karburator di seting ulang, penyesuaian lainnya bisa dengan mengatur setelan klep. Tapi kata Marsudi, setelan klep lebih ditujukan untuk memaksimalkan tenaga di rpm bawah atau atas, juga menyesuaikan kondisi cuaca di sekitar.

Misalkan ingin kejar torsi, saran Marsudi setelan klep bisa dibikin renggang dari ukuran standar. Apalagi kalau suhu di sekitar tempat tinggal pemilik motor cenderung dingin.

Sebaliknya kalau tenaga mesin ingin kerjar rpm atas. “Kondisi ini bisa diakali dengan menyeting setelan klep lebih rapat dari ukuran standar, agar gas bakar lebih deras masuk ke dapur pacu. Tambah lagi jika kondisi sekitar cenderung panas. Setingan ini lebih aman,” imbuh Marsudi.

Terakhir, untuk aliran udara disarankan Marsudi agar tetap menggunakan filter udara asli atau bisa juga pakai saringan udara variasi. Sebab kalau plong, khawatir karburator cepat kotor apalagi tipe vakum yang terkenal rawan gesekan. 

Pasang Intake Manifold Variasi? Waspadai Bentuknya!

Baru ganti intake manifold variasi, kenapa bensin mendadak jadi boros ya? Lalu di permukaan intake ada tampak butiran embun. Padahal sebelumnya enggak begitu, lho?

Dari hasil penelusuran, terdeteksi lubang intake manifold lebih kecil daripada lubang venturi karburator. Akibatnya kucuran gas bakar terbentur dinding intake yang lebih ke dalam. Sehingga ada sebagin gas bakar yang kembali keluar ke moncong karbu.

“Selain boros bensin. Juga karena gas bakar terbentur, penyebab permukaan intake berembun. “Makanya sebelum beli atau ingin ganti intake manifold produk variasi, selalu perhatikan juga ukuran lubangnya,” ingat Waskito Ngubaini alias Merit, tunner tim Yamaha Kepoth FDR Indoparts KYT TOP 1 asal Yogyakarta.

Idealnya, lingkar lubang manifold dengan venturi karbu memiliki ukuran yang sama. Kalau diameter karbu 22 mm, artinya lubang leher angsa juga sama. Agar kucuruan gas bakar ke dapur pacu lancar tanpa halangan.  

Fungsi Lubang di Mulut Karbu

Jangan sembarang anggap kalau lubang-lubang yang ada di mulut karburator itu enggak berfungsi vital. Sebab, lubang itu berkaitan dalam mendukung sempurnanya kinerja karbu.

Contohnya di karburator Honda Supra X 125. Di venturi karbu bebek 125 cc ini  ada tiga lubang. Lubang bagian kiri atas, berhubungan dengan ACV (Air Cut Valve).

Lubang bagian tengah, berkaitan dengan pilot-jet dan stasioner. Sedang lubang paling besar di bagian bawah, punya koneksi untuk kinerja main-jet

Bedah Karburator Konvesional Menguak Part + Fungsinya!

Dulu, populasi motor yang ada di Tanah Air didominasi karburator konvensional atau disebut piston valve atawa skep. “Kerja karbu model ini tergantung bukaan gas yang dilakukan pengendara,” ungkap Endro Sutarno dari Technical Service Training Development PT Astra Honda Motor (AHM).

Maka itu, pengabut konvensional cenderung lebih responsif. Namun karena regulasi Euro 2, memaksa penggunaan bahan bakar lebih efisien dan tidak menimbulkan banyak polusi. Cara murah dan mudah menggukan karburator CV (Constan Vacuum).

Untuk itu kita harus lebih tahu beda karbu konvensional dan model CV. Tidak tertinggal, kinerja dari setiap part. Setidaknya ada 7 part selain bodi yang berfungsi vital mendukung sempurna kerjanya karburator ini.

Butterfly


Istilah bekennya katup kupu-kupu. Berfungsi ketika cuk diaktifkan. Bilah ini akan menutup venturi sehingga udara yang masuk akan berkurang.

Jadi, yang diisap bahan bakar saja dan sedikit udara. Campuran pun menjadi lebih kaya. Atau lebih banyak bensin. Akhirnya, mesin jadi lebih cepat hidup.


Botol + Jaruk Skep


Botol atau skep berfungsi membuka venturi. Sehingga udara yang dibutuhkan makin besar. Sedang jarum skep atau biasa disebut jet needle tugasnya membuka debit bahan bakar dari spuyer besar alias main-jet.

Semakin terangkatnya jarum, debit bahan bakar yang masuk ke venturi semakin banyak. Jarum skep biasanya memiliki setelan klip. Jika posisi klip semakin di bawah, bahan bakar semakin boros. Begitu juga sebaliknya. Bagian bawah jarum juga punya setelan.

TSS / TPS


Throtlle Switch System (TSS)  dan ada juga pabrikan yang sebut Throttle Postion Sensor (TPS). TSS atau TPS berfungsi mengatur derajat pengapian sesuai putaran mesin dan bukaan gas.

Part ini punya tombol yang terhubung botol skep. Jika posisi skep di bawah, kondisi jadi ON. Tengah, OFF dan On kembali jika bukaan skep penuh. Kaitan efesiensi bahan bakar. Mirip injeksi.

Main Jet Dan Pilot Jet


Pilot-jet berfungsi buat mensuplai bahan bakar di putaran rendah (stasioner) hingga 4.000 rpm. Suplai berangsur hilang dan beralih ke main-jet sesuai bukaan skep dan akhirnya digantikan secara penuh oleh main-jet untuk di putaran atas.

Lubang di holder main-jet berfungsi menambahkan udara agar bahan bakar bisa terdorong cepat ke atas. Jika lubang ini dibesarkan, membuat udara yang masuk jadi semakin banyak. Tentunya bikin campuran jadi lean alias miskin. Danger!

Pilot Screw


Pilot screw bertugas menaikkan atau menurunkan rpm engine. Semakin diputar ke dalam (kanan), baut akan mendorong botol skep sehingga udara membuka.

Sedang air screw, bekerja mengatur campuran udara dan bahan bakar ideal. Setiap motor, punya setelan berbeda. Tapi, biasanya 2 hingga 2,5 putaran setelah ditutup habis. Berkaitan dengan pilot dan main-jet.

Pelampung


Kinerjanya didukung jarum pelampung. Kedua part ini berfungsi sebagai keran buka-tutup aliran bensin dari tangki bahan bakar. Jarum sendiri, seakan seperti klep. Karena ketika bensin di mangkuk karbu penuh, maka jarum akan menutup aliran bensin yang masuk. Di dalam mangkuk juga terdapat pipa yang tugasnya membuang bensin yang penuh di mangkuk.

ACV


Beberapa karburator motor standar, tersedia Air Cut off Valve (ACV). Seperti Honda Supra X 125. Fungsi part ini menghilangkan back fire alias gejala nembak ketika gas ditutup spontan.

Sebab ketika menutup gas mendadak, udara yang masuk masih banyak. Tapi, bahan bakar sedikit. Campuran jadi miskin dan sebabkan gejala nembak. Part ini berkaitan dengan pilot-jet. 

Karburator Konvesional Vs Vakum, Antara Tarikan Dan Irit


 Teknologi karburator vakum selangkah lebih maju, agar irit dan ramah lingkungan
Karburator, si pengabut bahan bakar ke mesin sudah mengalami kemajuan teknologi. Setelah sekian lama dijejali dengan karbu konvensional, belakangan motor-motor yang dipasarkan di Indonesia mengaplikasi karburator vakum. Karburator jenis ini punya kelebihan dibanding yang konvensional.

Sedikit diulas dulu soal penyebutannya. Mulai dari karburator yang kita kenal pertama, sistem konvensional. Bahasa tingginya, karbutaoor ini disebut Venturi Meter (VM). Kerjanya simpel. Volume atau debit suplai udara dan gas bahan bakar langsung diatur melalui gerak puntir gas. Puntiran gas, disalurkan kabel, menarik langsung botol skep atau piston skep.

Berbeda dengan karburator yang biasa disebut karbu vakum. Sebutan tekniknya, CV (Constant Velocity atau Constan Vacuum). Kerja karbu model ini berdasarkan kevakuman di ruang bakar. Penyuplai bahan bakar ini selevel lebih maju dari VM. Di CV, gerak naik-turun botol skep tergantung kevakuman di ruang bakar, atau tekanan udara antara inlet dan leher angsa.

"Jadi, pada karburator vakum, gerakan puntiran gas yang disalurkan kabel ke karburator kerjanya hanya memancing. Sebab, tarikan kabel gas memutar atau membuka klep kupu-kupu. Bukaan klep kupu-kupu ini yang mengatur tingkat kevakuman di ruang bakar," jelas Cheppy Sugiarto, mekanik balap yang kini mulai mendalami seting karburator vakum untuk skubek balap tim AHRS.


 Kabel dari selongsong gas dikaitkan dengan mekanisme klep kupu-kupu
Lalu, bagaimana naiknya si botol skep di karburator vakum? Nah, begini jelasnya. Karena kehampaan udara di ruang bakar dibuka oleh klep kupu-kupu, maka ia menyedot udara luar. Yang disedot karet membran yang posisinya berada di atas karbu.

Membran ini yang terhubung botol skep di karburator CV. Karena membran tersedot, botol skep tertarik ke atas. Maka, tertarik juga lah si jarum skep yang terhubung dengan botol skep.

Sistem ini membuat suplai bahan bakar lebih teratur sesuai kebutuhan ruang bakar. Tingkat kevakuman akibat putaran mesin yang menentukan tinggi-rendahnya bukaan botol skep. "Jadi, karburator vakum lebih irit. Karena skep dan jarumnya tidak langsung mengangkat begitu selongsong gas dipuntir," timpal Adriansyah, mekanik Adri Speed di Jakarta Timur

Toh, baik Cheppy dan Adriansyah, mengaku karburator model CV kurang begitu disukai untuk penyuka motor dengan karakter tarikan kontan. Sebabnya, ya itu tadi. Meski gas dipuntir, motor belum mau langsung melaju. Kan, suplai bensinnya ditentukan kevakuman di ruang bakar.

Jadi, kalau pakai karburator vakum, percuma langsung betot gas. Karena karburator akan tetap menyuplai bahan bakar sesuai permintaan kebutuhan dan putaran mesin.

"Jadi, malah rugi. Karena udara dipaksa masuk sebanyak-banyaknya ke dalam ruang bakar, sedang debit bahan bakarnya sedikit. Hasilnya pembakaran pun tidak optimal dan tenaga seperti kosong sesaat. Tenaga baru akan mengisi kembali pada durasi waktu sekira 1 detik," tegas Cheppy dan Adriansyah.

Jadi, jangan aneh kalau motor yang pakai karburator vakum alias CV lebih bolot tarikannya. Toh motor ini lebih irit.  Tinggal dipilih, mau ngebut langsung pakai karburator konvensional. Kalau mau berhemat, ya pilih tipe vakum. 

Pasang Per Klep Racing

Ganti
 per klep jangan sampai salah pilih. Terutama untuk memenuhi kebutuhan engine buat balap atau harian karena keduanya memmiliki perbedaan. Per buat balap umumnya punya tingkat kekerasan lebih tinggi. Sehingga jika dipakai buat motor harian, tentu punya efek terhadap kelangsungan usia pakai klep, kem juga ke pelatuk. Jadi mudah aus karena kena gerus berlebih.

Kekerasan per umumnya dipengaruhi dimensi ulir klep. Per klep racing memiliki diameter ulir lebih besar dengan perbedaan sekitar 0,3 mm. Apalagi jika putaran mesin ingin diajak bergasing lebih dari 12.000 rpm, maka dibutuhkan per yang sangat keras. Sehingga, nantinya tidak terjadi floating di putaran tinggi.

Tapi sekarang nggak perlu khawatir salah beli per klep racing. Sebab, kini sudah cukup banyak produsen per klep yang memberi label di kemasan. Untuk balap, biasanya ada label Racing Only. Dan kalau masih salah juga, artinya konsumen itu nggak bisa baca!

Beda Istilah Bore Up dan Stroke Up

Meningkatkan tenaga mesin, cara paling gampang adalah dengan cara memperbesar kapasitas silinder.  Ada dua cara pilihan, yaitu bore up atau stroke up.

Bore up yaitu menggunakan piston yang punya diameter lebih besar. Sehingga lubang atau bore di silinder diperbesar, agar piston bisa masuk. Karena bore yang diperbesar, makanya dikasih nama bore up. Kalau mengecilkan piston, namanya tentu jadi bore down. 

Sedangkan istilah stroke up yaitu memperbesar stroke atau langkah piston. Biasa ditempuh dengan cara memindahkan posisi pin kruk as ke posisi luar. 

Mau pilih mana kalau mengejar kapasitas sebesar-besarnya. Paling gampang pilih bore up  karena angkanya dibuat kuadrat. Jadinya menghasilkan volume silinder yang lebih besar. Itu dihitung menggunakan rumus volume silinder.

Namun kita tidak bisa mendongkrak volume dengan menggunakan diameter yang sebesar-besarnya. Biar imbang dan torsi rpm bawah bisa dikail, harus diimbangi stroke up.  

Melepas Karburator, Pisah atau Jadi Satu Dengan Intake?

 
 

 Risiko lebih kecil lepas karbu dari leher angsa
Ketika lakukan servis berkala, fakta yang sempat dilihat MOTOR Plus ada dua versi perlakuan mekanik saat bongkar karburator. Ada yang lepas leher angsa berikut karburator dengan membuka 2 baut di dekat lubang silinder head. Juga ada yang bongkar komponen vital ini tanpa intake, tentu dengan melepas 2 mur-baut. Dengan kata lain, ada mekanik yang copot karbu terpisah atau jadi satu.

Jadi pertanyaan, apakah kedua cara itu dihalalkan khususnya buat mekanik umum atau resmi. Mengingat kondisi itu benar-benar terjadi. “Keduanya ada risiko kalau gak sesuai aturan. Namun, aturan yang benar adalah membiarkan lepas karbu dari intake manifold,” kata Reiner Sitorus, Technical Service Manager PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI).

Lanjut Reiner, melepas karburator dari leher angsa memang agak susah. Karena posisi baut pengikat karbu ke leher angsa beberapa tipe motor memang sulit dijangkau. Langkah paling mudah dan efesien, lepas karbu berikut leher angsa.

Persoalannya, mekanik kudu hati-hati saat melepas baut penyambung komponen pengkabut dengan leher angsa atau yang ke silinder blok. Begitu juga waktu memasang. Posisi yang rada susah dijangkau tanpa sadar membuat posisi baut antara karbu dan leher angsa miring.

“Kalau belum pas tapi baut sudah dikencangkan. Keseringan, lubang baut di intake dan di blok bisa dol. Itu yang jadi penyebab kebocoran udara dari luar,” timpal Endro Sutarno, Instruktur dari Astra Honda Training Center (AHTC).

Menurut Endro bukan karena salah melepas karbu dari intake manifold, tapi waktu pemasangan yang salah. Bagusnya dipaskan dulu baut penyambung leher angsa dan karbu sebelum dikencangkan.

Risiko kejadian dol lubang baut di intake manifold bisa cepat diatasi. Tinggal ganti baut sedikit lebih besar dari standar. Sebelum diganti bisa ditap ulang.  

Seandainya memilih cara kedua, yakni dengan melepas baut intake dari blok silin­der dan karburator plus intake manifold tetap mempunyai risiko rugi lebih yang tinggi. Andai mengalami dol, lubang baut di blok silinder, ya tetap merugi juga.

 Kurang awas bisa bikin dol lubang baut di blok silinder
Memang gampang melepas baut intake yang ada di blok silinder. Posisinya enggak ngumpet seperti halnya baut sambungan antara leher angsa dengan karburator. Karena dianggap gampang, mekanik sering memilih melepas intake dari blok silinder. Tapi saat mengencangkannya tanpa perkiraan langsung kunci digerakkan seenaknya.  

"Biasanya terjadi overtorque alias kelebihan momen waktu pengencangan. Kalau lubang baut di blok sudah dol, ber­arti jauh lebih besar lagi kerugian yang bakal diterima pemilik motor. Biaya yang mesti dikeluarkan juga jadi lebih besar,” beber Slamet, instruktur Yamaha Enginering School (YES), Jakarta.

Jadi, semua pabrikan motor di Indonesia lebih sepakat dengan aturan yang benar jika mau servis karburator harus melepas intake manifold. Risikonya dipastikan tidak jauh lebih kecil dibanding langsung melepas baut intake dari blok silinder. Begitu!

Pasang Intake Variasi, Sesuaikan Arah Lubang Intake

 
 

 Arah intake tergantung kebutuhan 
Untuk memudahkan pemakaian karburator aftermarket, tak sedikit produsen part racing menyediakan intake. Alhasil, kreasi tunner jadi tak terbatasi. Sebab peranti ini kini bisa tinggal comot dan sesuai kebutuhannya.

Meski makin gampang, tetap ada yang kudu diperhatikan. Enggak asal comot. Apalagi kalau sobat perhatikan, intake aftermarket di pasaran tersedia beragam model. Termasuk arah atau posisi pasang karbu. Yup! Ada hadap depan, belakang, kiri atau kanan.

“Pilih sesuai dengan bentuk atau arah lubang porting klep isap. Caranya, mana yang lebih langsung mengarah ke klep,” saran Adi Kurniawan dari Kembar Racing di Jl. M Saidi, No. 4, Petukangan Selatan, Jakarta Selatan.

Tujuan pilih intake agar campuran bahan bakar dan udara mengalir tanpa membentur dinding porting. Sehingga proses pembakaran di ruang bakar menjadi lebih sempurna.

Selain arah, tersedia juga intake yang bisa membuat kemiringan karburator menjadi sedikit landai. Seolah karbu model skep dibuat macam karburator down draft. Itu lho, karbu yang lubang venturinya langsung ke lubang porting.

"Intake macam ini biasanya membuat aliran atau debit gas bakar dari karbu lebih cepat sampai ke lubang porting,” tambah tunner 35 tahun ini. Hanya saja ketika mengaplikasi intake model ini, tentu butuh penyesuaian. Karena kemiringan bahan bakar di mangkuk karbu ikut miring.

“Penyesuaian di bagian pelampung. Pelampung dibuat lebih turun agar volume bahan bakar di karbu lebih banyak,” wantinya. dan dengan lebih banyak bensin di karbu, jadi enggak khawatir kekurangan pasokan jika motor terus dipacu.

Saran Adi, kondisi pelampung juga jangan dibuat terlalu turun. Takutnya malah bikin banjir 

uk Lacak Mesin Korek Harian Mbrebet

 
Mesin mbrebet memang ribet. Apalagi kalau sudah kohar alias korek harian. Begitu alami masalah, baru deh kasak-kusuk cari sebabnya. Nah, biar pengendara yang kurang paham soal mesin jadi nggak ribet, yuk dicari sebabnya.

Seperti putaran mesin mbrebet alias nggak stabil mulai dari stationer hingga rpm tengah. Jika motor belum dikorek, biasanya setelan udara masih kegedean atau posisi klip jarum skep di posisi paling irit. Tambah lagi kalau boks filter udaranya ikut dilepas.

Cuma kalau mesin sudah kohar dan sulit seting spuyer. Kemungkinan besar ada kesalahan saat pemangkasan profil kem. Biasanya sih, pembuat kem asal bikin. Maksudnya profil kem yang dipapas bukan cuma pantat tapi seluruh permukaan badan kem. Posisi pelatuk klep makin tinggi, ruang bakar butuh bensin lebih banyak.

Lain hal jika mesin terasa brebet hanya pada saat bergasing tinggi. Sementara jika kondisi putaran mesin stationer tidak ada masalah. Kalau itu, MOTOR Plus bisa memprediksi ukuran spuyer main-jet yang dipakai masih kekecilan. Sehingga pada saat rpm mesin tinggi, kucuran bensin tidan imbang dengan udara masuk.

Jika suara mbrebet diimbangi ledakan keras berulang, enggak salah lagi ada komponen pengapian bermasalah. Bisa sepul, CDI, pulser atau koil lemah. Cuma biar lebih pasti lagi, kerusakan atau kelemahan pada komponen pengapian bisa diukur akurat pakai bantuan alat multitester.

Efek Seting Klep Tidak Tepat

 
 
Menjaga kinerja stasioner tetap sempurna, salah satu part yang mesti dipantau adalah kerapatan klep. Jika tidak sesuai kebutuhan, pengaruhnya ke idel mesin. Stasionernya naik-turun. Indikatornya bisa lihat cahaya lampu. Ketika mesin hidup stationer, cahayanya tetap.

Begitu mendadak terang, artinya rpm naik sendiri tanpa putar gas. Cuma kan cahaya lampu dari beban kerja magnet yang ikuti putaran mesin, lho!

Forging Piston Spesial Buat Bebek dan Matik


 Ini dia bedanya cast piston, forged piston dan modifikasi
Atas nama daya tahan, pabrikan motor mulai beralih menggunakan piston forging. Seperti di Yamaha Jupiter MX 135LC atau V-ixion. Tidak heran jika Yamaha berani kasih garansi mesin sampai 3 tahun, bahkan lebih.

“Itu lantaran piston yang dipakai menggunakan proses forging, bukan cast piston seperti biasanya,” jelas Senaponda, menajer tim Padepok@n BM Lubes MT.

Forged piston dibentuk dari segumpal aluminium panas yang dipress hingga membentuk piston sesuai keinginan. Kayak bikin pedang agar hasilnya keras dan tidak mudah patah. Wajar jika kualitasnya beda dengan cast piston atau aluminium didih yang dibentuk sesuai cetakan.

Dan kini forged piston kini mulai dilirik untuk keperluan balap yang kita tahu performanya dibikin di atas rata-rata. Apalagi piston tipe ini sangup meredam kompresi hingga di atas 10,9 : 1 juga minim friksi, sehingga panas mesin lebih rendah.

Karena alasan itu, PT Federal Izumi Manufacture (FIM) pun coba membuat piston forging untuk semua jenis merek motor. “Ukuran yang tersedia mulai dari diameter 51,00 mm sampai 58,00 mm, dan dari pen piston diameter 13 mm sampai 15 mm,” jelas Agus Salim dari FIM.
 Badan forged piston lebih kecil karena sudah kuat dan minim friksi
Meski hasil riset masih dirahasikan, namun Senaponda mengaku cukup puas dengan produk ini. Tapi sebagai gambaran, piston forged itu nantinya bisa diaplikasi pada tunggangan bebek dan skubek berkapasitas silinder 110 cc sampai dengan 150 cc.

“Kalau buat balap matik, ukuran piston forged nanti bisa dipakai untuk turun di kelas 115 cc, 130 cc dan 150 cc. Sedangkan buat road race bisa untuk kelas bebek MP1 dan MP2,” beber Senafonda yang tinggal di Jl. M. Yusuf Raya No. 98, Depok, Jawa Barat.

Adapun desain piston forged yang sedang tim matik persiapkan, bentuknya hampir mirip dengan piston racing umumnya. Memiliki bentuk jenong hingga profil kepalanya bisa dibentuk sesuai kebutuhan mekanik.

Bedanya badan piston lebih kecil dari biasa karena memang sudah lebih kuat. Waaah.., layak dijajal nih.

Bore Up Silinder Jupiter-Z? Ikuti Dengan Bore Up Knalpot!

 
 Diameter lubang dudukan knalpot diperbesar biar lubang exhaust juga bisa diporting lebih besar
Pasca bore up liner silinder Yamaha Jupiter-Z hingga 200cc ke atas, kendalanya diameter lubang exhaust justru menyempit. Apalagi jika pasang payung klep aftermarket yang rata-rata diameter 34/28 atau 34/30. Akibatnya aliran gas buang nggak lancar akibat tercekik.

“Itu karena diameter lubang exhaust standar Jupiter-Z cuma 20mm. Kalaupun bisa diporting, paling gede diameternya cuma sampai 25mm. Sebab lingkar luar pipa knalpot aftermarket rata-rata berdiameter 28mm,” ucap Chandra Soepandi pemilik bengkel bubut Master Tjendana.

Biar aliran sisa gas bakar makin lancar dilepas knalpot mesin kapasitas besar, Chandra kini punya solusi. Yang dilakukan membesarkan diameter lubang dudukan knalpot asli. Sehingga pipa knalpot besar bisa dipasang. Juga bisa bikin gede diameter exhaust.

Keuntungan bore up pakai metode ini karena sisa gas bakar dilepas sempurna. “Apalagi menurut buku panduan korek karangan Abraham Bell, biar nggak ada hambatan aliran di ruang bakar mestinya lubang knalpot harus lebih besar dari diameter lubang exhaust,” imbuh si necis.

Atas dasar itu, Chandra coba modifikasi seputar lubang dudukan knalpot di head Jupiter-Z. Lubang asli diameter kecil, dibantu mesin bubut jadi lebih besar.

Pembesaran lubang dudukan knalpot tetap pada posisi lingkar asli. Tidak miring kanan, kiri, atas atau bawah. Saat pasang knalpot aftermarket pipa lebih besar, kedua baut bisa dipasang mengikat penjepit pipa knalpot tanpa ragu.

“Besarnya lingkar luar bisa untuk knalpot diameter 32mm, sehingga lubang exhaust bisa diporting mulai diameter 25mm hingga 28mm. Ukuran menyesuaikan mau mekanik peracik mesin,” lanjut Chandra yang patok harga modifikasi ini Rp 300 sudah termasuk paking albronze.

Selain ubah lubang dudukan knalpot, Chandra juga punya knalpot aftermarket dimeter 32mm. Wah!


Albronze Kurangi Turbulensi

Mengurangi turbulensi di antara lubang exhaust dan pipa knalpot pasca pembesaran lubang dudukan knalpot, Chandra juga melengkapi ubahan ini dengan memasang paking tambahan yang bukan dari material biasanya. Sehingga sisa gas bakar yang dialiran melalui lubang exhaust. Benar-benar lancar tanpa tekanan berarti.

Kali ini meterial dasar paking atau penutup celah agar tidak bocor yang tepat adalah bahan albronze. Sehingga meski sudah terjepit oleh knalpot, namun kondisi paking masih tepat alias tidak bergeser pada posisinya. Sehingga diyakini tidak ada lekukan pada paking yang bisa menyebabkan turbulensi.

“Kalau gunakan paking biasa, takutnya saat dijepit knalpot malah jadi gepeng hingga meneyebabkan terjadi penyempitan. Aliran gas buang pun malah bisa nggak lancar,” wanti Chadra dari Jl. Pagarsih. No. 146, Bandung.  

Rekomendasi Mekanik Ketika Pasang Head Klep Gede


Sisi keteng diperlebar agar bisa dipasang piston besar
Coba main ke tukang pasang klep gede. Pasti rata-rata permintaan mekanik di sana hampir sama. Selain pasang klep gede, ada beberapa poin yang harus ditekankan.

Contoh paling gampang mari amati kepala silinder keluaran Kawahara untuk Yamaha Mio. “Head yang baru nongol ini berdasarkan permintaan mekanik yang biasa balap di Matic Race,” jelas Mariasan Kocek, mekanik JP Racing.

Yuk, diperhatikan poin apa saja yang direkomendasi mekanik.

Klep Optimal

Disukai mekanik karena, sudah mengusung klep gede. Yaitu klep isap 28 mm dan buang 23 mm. Klep ini optimal untuk turun di kelas 130 dan 150cc.

Atau bisa disandingkan dengan blok yang sudah diisi piston 58,5mm. Karena lebar squish sudah diseting 58,8mm. Bagi yang meggunakan piston lebih kecil atau lebih besar tinggal papas ulang di tukang bubut dan atur lebar squishnya.

Ruang Bakar Fleksibel

Ciri lain yang disukai mekanik yaitu dari bentuk ruang bakarnya. Dibikin fleksibel. Artinya volume ruang bakar bisa diatur ulang. Sesuai dengan rasio kompresi yang diinginkan. 

Kalau kompresi kepengin lebih rendah, silakan ruang baker dikikis. Agar volume jadi membengkak. Biar presisi ukur meggunakan buret ketika head dipasang. Lebih jelas soal rasio kompresi silakan baca tulisan RPM di sebelah kanan.


Sitting klep presisi. Tidak perlu sekir
Sisi Keteng Diperlebar

Coba perhatikan permukaan sisi yang menghadap ke rantai keteng. Dibuat lebar supaya fleksibel juga. Artinya ketika sudah kena sentuhan bore up edan-edanan menggunakan piston gede, tidak perlu lalu ditambal las argon.

Sebab kalau menggunakan head standar pabrik, kalau menggunakan piston di atas 63,5 mm harus ditambal las argon aluminium. Kalau tidak ditambal, kompresi sering bocor ke ruang keteng.

Drat Busi Panjang

Drat busi juga kerap jadi kendala kala kita melakukan bore up besar. Itu karena kita memperlebar dan memperbesar ruang bakar.

Akibat pemapasan ruang bakar yang ektsrem, drat busi jadi korban. Ulirnya jadi tinggal sedikit. Riskan alias gampang selek. Akibatnya kompresi mudah bocor atau bahkan busi lepas.

Makanya mekanik kerap mengelas mati lubang busi dengan aliminium lebih tebal. “Kemudian dilubangi ulang dan dikasih lubang serta ulir yang panjang,” jelas Kocek.

Nah, head yang bagus lubang ulirnya sudah dibuat panjang. “Untuk businya bisa meggunakan milik Honda Karisma, Jupiter MX atau Suzuki Satria F-150,” jelas Christomas Oaklen distributor busi Denso yang banyak meluncurkan pemantik busi racing itu.

Potong Klep

Aksi potong klep kerap dilakukan apabila kita pasang katup lebar. Disesuaikan dengan hasil akhir pengerjaan tukang bubut. Dalam menentukan ukuran pemotongan batang klep disesuaikan dengan pegas yang digunakan.

Kalau masih menggunakan per klep Mio bisa diseting 30-31mm panjangnya dari permukaan bawah bos klep. Kalau untuk per klep Jepang AHRS yang pendek bisa 28-29mm. Jangan lupa bekas pemotongan batang klep kudu dihardener.


Lubang derat busi panjang. Agar tidak mudah bocor
Korek Lubang IN/EX

Sehabis bikin head klep gede biasanya kita korek lubang isap dan buang. Besar lubang isap bisa 80-95% dari diameter klep. Sementara lubang buang 65-75% dari diameter lubang isap. Sebagai acuan seperti di head yang aslinya korekan Kocek ini. Lubang in 24,5 mm dan buang 22,5mm. 

Tanpa Sekir

Pengerjaan sekir klep sederhana tapi bikin bete. Kalau menggunakan proses pemesinan yang canggih, biasanya tidak bocor. Seperti head buatan BRT dan Kawahara ini langsung pakai. Kalau dimasuki bensin dari sisi klep tidak bocor.  

Proses Menentukan Celah Aman Piston Dan Dinding Liner


Proses honing paling menentukan celah piston dengan liner
Selain untuk kompresi gas bakar di silinder, gerak naik-turun piston di dalam liner silinder harus tetap stabil atau konstan. Baik saat mesin bergasing rendah, maupun saat dipacu di kecepatan tinggi yang mana suhu mesin meningkat drastis dan dapat mempengaruhi dimensi piston. Makanya jarak atau celah piston dengan dinding liner jadi penentu performa.

Kenapa harus mengacu kepada celah seher, menurut Alif Bowo Sarwono tukang bubut yang biasa tangani korter motor harian dan korek harian,  karena hal itu sangat berpengaruh kepada kemampuan dan kesempurnaan mesin. Di mana bila celah piston dan liner terlalu sempit atau kebesaran, keduanya sama punya risiko.

Jika celahnya terlalu longgar, kompresi rawan bocor. Tekanan gas bakar di atas bisa turun ke ruang kruk as, atau malah sebaliknya oli ikut naik ke ruang bakar.

Beda halnya jika celah terlalu sempit. Rawan overheat, karena saat mesin mulai panas dan piston memuai, motor bisa mati mendadak atau jebol akibat piston mendadak terkunci di liner. “Istilah anak bengkel nyeket,” imbuh mekanik sekaligus pemilik bengkel Adi Djaya Tech.

Untuk hindari masalah itu tergantung kepiawaian tukang bubut. Terutama saat melakukan korter atau besarkan liner silinder bila piston mau ganti oversize ataupun bore up. Sebab tukang bubut itu sendiri yang lebih tahu dan dapat menentukan celah yang dirasa paling aman.


Ukuran diameter piston patokan untuk besar colter dan honing
“Menurut aturan, secara teknis celah piston di liner buat motor harian sekitar 0,02~0,03 mm. Ukuran itu lebih besar dari diameter piston oversize atau yang akan dimasukkan ke dalam liner. Tapi kalau buat balap, biasanya paling aman 0,04~0,05 mm,” ujar mekanik mangkal di Ruko Mutiara Jl. Tole Iskandar, No. 2, Depok II itu.

Cuma berhubung banyak bengkel bubut tidak memiliki alat ukur khusus untuk menentukan celah, mereka biasanya main filling. Caranya saat proses honing setelah dikorter, piston sambil coba digeser di dalam liner naik-turun. Jika geraknya lambat, artinya bisa buat harian. Tapi kalau cepat, piston biasa dipakai motor korek harian.

Beda lagi kalau bengkel bubut punya alat ukur bore gaugge. Celahnya bisa diukur lebih akurat saat proses honing. “Apalagi kalau material piston dan linernya bagus. Dibikin celah 0,02mm dari ukuran piston, buat motor balap nggak ada masalah. Tapi, tetap harus inreyen biar aman,” timpal Chandra Sopandi pemilik bengkel bubut Master Tjendana.


Lebih akurat pakai bore gaugge
Hanya saja untuk menentukan celah  piston di liner, prosesnya tidak segampang yang dikira. Apalagi dimensi piston dari atas ke bawah berbentuk tirus dan oval jika dilihat lingkarnya, sementara diameter liner tetap lurus dari atas ke bawah. Sehingga cara mengukurnya pun tidak boleh sembarang.

Makanya pada saat mesin minta di oversize, piston pengganti harusnya terlebih dahulu diukur sebagai patokan dalam menentukan diameter liner yang akan dikorter. Cara ini dilakukan sebelum masuk ke langkah proses honing buat menentukan celahnya.

 “Bagian piston yang diukur, idealnya berjarak 10mm dari bagian bawah piston. Sedangkan posisi-nya berada di badan piston atau di sebrang lubang pen piston. Biar lebih akurat, ukur pakai micrometer,” lanjut mereka.

Setelah ukuran diameter piston sudah dapat, liner silinder bisa dikorter. Baru deh masuk ke proses honing untuk menentukan celah piston dan liner yang diinginkan. Di mana prosesnya lubang liner bekas korter dihoning hingga dapat celah yang dirasa paling ideal.

“Untuk memastikan ukuran celahnya sudah pas apa belum, lubang liner diukur pakai bore gaugge. Kalau sudah pas, piston baru bisa dimasukkan ke dalam liner,” sebut Chandra dari Jl. Pagarsih, No. 146, Bandung. 

Bahan Albronch Cocok Untuk Balap

 
Banyak pengguna motor harian ikut bergaya motor balap. Sitting dan bos klep sudah menggunakan bahan albronch atau aluminium bronch yang kekuningan itu. Katanya biar kuat.

Namun kenyataannya bahan albronch tidak bisa untuk endurance. Tidak kuat dipakai lama. Akibat gesekan yang bikin oblak bos klep dan sitting klep.

Untuk itu, kalau untuk pemakaian harian tetap gunakan bahan seperti bawaan pabrik.

Piston Favorit Liaran Lebih Jeli


Piston racing forging. Kepala fleksibel mau dibikin pendek juga bisa. Tergantung kompresi dimau
Mekanik drag bike atau balap liar lebih jeli dalam memilih piston. Beda dengan mekanik roda race atau balap resmi, piston sudah tersedia dan terbatas ukuran diameter mengikuti regulasi.

Untuk balap liar harus pintar memperbesar volume silinder. Namun sebisa mungkin menyembunyikan ketebalan paking. Apalagi untuk kelas standar yang tidak boleh pakai paking tebal. Harus selembar kertas.

Kalau dulu piston Tiger atau Scorpio jadi favorit. Namun kini ditinggalkan karena kedua piston itu lebih tinggi. Tidak bisa mencuri untuk menaikkan stroke.

Banyak yang melacak piston pendek. Jarak dari lubang pen sampai atasnya pendek. Sehingga bisa mendem ketika dipasang. Otomatis harus naik stroke.

Misalnya Yamaha Mio kebanyakan memilih menggunakan piston CBR 150. Karena jarak dari lubang pen ke permukaan atas bisa dibuat 11,5mm. Sedangkan aslinya 13,5mm. Dengen begitu jadi lebih mendem 2mm.

Kondisi itu bikin piston lebih mendem. Ngakalinya biar pas kudu naik stroke sampai 4mm. Atau bahkan sampai 5 atau 6mm.

Piston yang seperti itu bukan hanya milik Honda CBR. Milik V-ixion namun lubang pen 14mm cocok juga diaplikasi untuk skubek atau bebek Suzuki yang mau curi naik stroke.

Piston variasi bisa menggunakan milik Hi Speed atau LHK. Hi Speed Thailand dianggap paling lengkap. Lubang pen yang tersedia dari mulai 13 sampai 16mm.


Konstruksi piston kecil lebih ringan tapi kuat
Kini juga sedang ramai piston forging. Diproduksi dengan sistem forge atau pukulan seperti bikin pedang. Sehingga lebih rigid dan pastinya kuat.

Piston forging dipastikan bisa lebih pendek seperti piston CBR. Karena dengan bentuk tipis tapi kuat memungkinkan dibentuk minimalis.

Merek LHK (RRGS) yang sedang ramai dibicarakan. Namun harganya bisa sampai di atas Rp 1 juta. Banyak dipakai tim drag bike. Terutama di mesin yang beli jadi dari Thailand.

Sebentar lagi, salah satu merek lokal komponen khusus matik akan meluncurkan. Tuh barangnya difoto. Diproduksi dengan sistem forging.

Asyiknya bentuknya sudah racing banget. Badan piston kecil bikin ringan gesekan dengan dinding silinder. Juga bikin ringan putaran mesin. 

Kebiasaan Pemula Urus Karburator

 
Pemilik
 motor pemula yang baru ngeh mesin, biasanya suka enggak tahan kalau melihat karburator masih dalam kondisi standar. Komponen di luar dan di dalam maunya dikulik, katanya biar tarikan tambah yahud. Padahal kalau salah pasang apalagi nggak tahu sistem kerja masing-masing part yang ada di dalam, kemungkinan besar banyak bensin terbuang percuma. Bahkan tenaga motor cenderung menurun.

Makanya buat yang mau tahu jangan sesekali mengubah posisi klip di jarum skep, sekrup setelan udara atau mengganti ukuran spuyer. Bila salah posisi, kucuran bensin dan debit udara pasti jadi enggak imbang. Efeknya motor jadi susah hidup, langsam nggak normal hingga sering mbrebet akibat kekeringan atau kelebihan gas bakar.

Untuk motor standar yang perlu diperhatikan adalah memastikan tidak ada debu atau kerak di lubang aliran bensin-udara berikut spuyernya. Itu aja, Bro!

Karet Intake Orisinal Lebih Tahan Lama


Karet orisinal 2-tak tahan buat balap atau harian
Banyak sekali karet intake manifold yang dijual dan resmi beredar di pasaran. Ada juga yang dijual satu set dengan manifold atau leher angsa. Maksudnya tentu biar lebih simpel.

Menariknya lagi, karet variasi tadi dibanderol lumayan murah. “Bisa di bawah Rp 50 ribuan,” jelas Bang Jay alias Zaenudin yang bukan MZ, tapi mekanik Eka Jaya Motor.

Namun kenyataannya karet variasi sesuai harganya yang murah, tentunya jarang tahan lama. “Atau bahkan hampir tidak ada. Karena begitu mesin panas karetnya akan lemes,” protes Bang Jay yang mekanik road race kawakan itu.

Buat motor balap, kondisi itu bahaya sekali. Kompresi bisa hilang. Apalagi ketika ditarik gas. Bisa putus karet intakenya. Meski tidak sampai lepas dipastikan seting mesin bakal berantakan.

Makanya Bang Jay menyarankan tetap menggunakan karet orisinal. “Meski buat mesin 4-tak, gunakan karet manifold dari  bawaan asli pabrikan motor 2-tak,” anjur Bang Jay yang bermarkas di Poris Paradis, Tangerang itu.

Seperti pakai intake berlabel Varro, AHRS, CLD atau merek lainnya. Jangan menggunakan karet bawaannya. Biar aman ganti dengan milik motor 2-tak.

Bang Jay menunjuk kepunyaan Suzuki TS125. “Karetnya punya diameter 26 mm. Namun bisa masuk karburator PE 28. Karet kan fleksibel. Jadi bisa masuk,” jelas Budi Gunawan yang juga jual karet ini dari MCC Racing di Jl. Kebon Jeruk IX, No. 20D, Kota, Jakarta Barat.    

Namun punya TS125 lumayan mahal. Kalau mau pilihan lain, bisa pakai dari kepunyaan Suzuki TRS yang lebih murah. 

Bore Up Karburator Makin Deras Makin Imbang


Maksimalkan karbu dengan cara gedein piston skep
Untuk memaksimalkan fungsi karburator, mekanik biasanya mengakali dengan cara seting ulang jarum skep, sekrup udara, jarum pelampung dan ganti spuyer. Bahkan trik paling berat yaitu mereamer karbu alias membesarkan diameter lubang venturi dari ukuran standar.

Sayang langkah reamer karbu masih punya keterbatasan. Lewat dari ukuran yang wajar, bodi karbur rawan bocor. Akibatnya piston skep yang bertugas mengatur debit gas bakar jadi ngaco bekerja. Bahkan kesalahan ini kerap dialami karbu berdiameter piston skep sangat kecil.

Makanya Alif Bowo Sarwono pemilik bengkel bubut Adhi Jaya Tech putar otak untuk maksimalkan kembali fungsi karbu standar. Maksudnya, peranti vital ini bukan cuma bisa direamer tapi juga  bagaimana caranya gedein ukuran piston skep. Istilahnya bore up karbu.

“Sekarang saya sudah coba di karburator Shogun 110. Piston skep yang aslinya cuma 20mm, bisa jadi diameter 24mm. Sehingga diameter venturi yang awalnya 22mm, kini bisa direamer hingga ukuran 24mm tanpa khawatir terjadi kebocoron,” mantap Alif yang idenya hasil konsultasi dengan Waskito Ngubaini alias Merit, tunner asal Jogja.

Lalu untuk melancarkan garapannya tadi, tanpa bermaksud menutup-nutupi idenya Alif mengaku kalau ubahan pada piston skep karbu Shogun 110 andalkan comotan dari piston skep motor lain. Yaitu dari karbu Honda GL-Pro Neo Tech yang kebetulan memiliki piston skep ukuran diameter 24mm.

Adapun cara untuk menggabungkan kedua bagian komponen tadi, dituturkan oleh bapak dua anak ini kuncinya ada pada proses pemotongan. Terutama bangian antara bekas rumah piston skep asli Shogun 110 di bagian atas, dengan rumah skep Honda GL-Pro Neo Tech di bagian bawah. Keduanya harus dipotong dengan tepat agar saat digabungkan kembali benar-benar center.

“Prosesnya memang agak repot dan benar-benar teliti biar enggak miring waktu disatukan. Terutama saat memotong rumah skep Shogun 110 yang posisinya harus lebih lebar ke samping dan ke bawah. Apalagi di bagian bawah lubang venturi terdiri banyak lubang kecil untuk aliran gas bakar waktu idel. Jadi, mesti hati-hati,” lanjut Alif yang mewanti harus sabar jika memang ingin pesan.

Setelah kedua bagian terpisah, langkah berikutnya adalah menyatukan potongan bodi karbu Shogun 110 dengan rumah skep GL-Pro Neo Tech berikut piston dan juga tutupnya.

Piston skep mio bisa sampai diameter 28mm(kiri). Punya RX-King bore up sampai diameter Venturi 30mm
Biar kuat dan nggak gampang bocor, Alif menggunakan lem khusus yang sering digunakan tunner atau mekanik untuk menambal bagian mesin yang bocor atau terlalu banyak dipapas. Seperti buatan Thailand yang tahan panas tapi kuat sampai 2 ton daya rekatnya.

“Lewat bore up karbu, analisis Merit gas bakar yang dipasok bisa lebih banyak dan tetap imbang antara bensin dan udaranya. Sebab bentuk venturi nggak cuma lonjong kalau direamer, tapi lebih bulat karena diameter piston skep juga ikutan gede. Sangat cocok buat motor korek harian,” imbuh Alif yang mematok harga bore up karbu rata-rata Rp 250 ribu tidak termasuk karbu.

Selain karbu Shogun 110, Alif juga sudah lakukan bore up karbu vakum milik skubek Yamaha Mio. Jika awalnya piston skep vakum berdiamter 24mm, kini diganti model piston skep diameter 26mm yang comot dari kepunyaan Yamaha RX-King. Hanya saja, proses ubahan ini terpaksa harus mengganti bagian penutupnya yang model vakum.

Bahkan karbu RX-King yang masih jadi primadona para tunner pun, piston skepnya juga dapat dibore up hingga diameter 30mm (asli 26mm). Cuma caranya nggak menggunakan komponen lain. Melainkan rumah skepnya diganti dengan model sok-sokan dari pipa stainless, berikut piston skep dan tutupnya yang dikenakan biaya terpisah.

“Cuma saran saya, saat melakukan bore up karbu baiknya gunakan komponen yang asli. Sebab bila menggunakan part KW, dikhawatirkan alirang lubangnya enggak presisi yang malah jadi penyebab motor sulit diseting,” ingat Alif yang buka bengkel di Jl. Tole Iskandar Raya, Depok

Berminat..?

PE 28 SAMPAI 34 MM 
Ada yang lebih eksterm lagi dilakukan tukang bubut Thailand. Bore up karbu Keihin PE 28 jadi 34mm.  Kenaikan besarnya lubang venturi bisa sampai 6mm.

 Namun untuk piston skep tentu harus menggunakan yang lebih besar. Paling pas dipilih skep dari Yamaha TZM150. Itu lho motor 2-tak keluaran Yamaha.

Saking gedenya main bore up, bodi karburator sampai harus ditambal lagi dengan lem tahan panas. Tentunya supaya tidak bocor.
Gedein Bak Karburator
Gedein piston skep dan lubang venturi bikin aliran gas bakar ke dapur pacu makin deras. Artinya, tempat panampungan bensin sementara di bak karburator mestinya juga mumpuni.

Mungkin buat karbu standar yang berukuran besar enggak ada masalah. Bagaimana dengan karbu kecil yang sudah dimodif agar aliran gas bakar deras. Seperti dilakukan di Shogun?

“Enggak ada masalah. Itu sudah dipikirkan sebelumnya. Biar nggak tekor di rpm tinggi, bak karbu juga dimodifikasi. Dengan membesarkan volume wadah aslinya,” tunjuk Alif yang bisa dikontak di nomor 0815-8585-3509.

Adapun caranya, bak karbu asli diperbesar dengan menambah wadah baru dari bahan aluminium berbentuk tabung. Lalu wadah tadi dipasang di samping kanan-kiri bak yang terlebih dahulu dilubangi sebelum kemudian dilem ulang. Kalau sudah begini, bensin nggak bakal tekor.

Papas Head atau Aplikasi Piston Jenong, Mana Lebih Baik?

Untuk meningkatkan kompresi ada beberapa pilihan. Di antaranya dengan papas head atau aplikasi piston jenong. Dari kedua pilihan ini mana yang paling menguntungkan?

Kenyataanya banyak mekanik main pasang piston jenong. Katanya agar rasio kompresi tinggi. Namun justru menyesatkan, kalau tidak diukur pakai buret.

Masukan dari beberapa mekanik sih katanya lebih baik kepala piston rata kalau ruang bakar sudah sempit. Menggunakan piston rata bikin enteng. Jadinya putaran mesin ringan.

Bahkan beberapa mekanik malah bikin piston ringan dengan cara meringankan pin piston. Caranya lubang pin dibubut ulang biar ringan. Atau ada juga yang aplikasi piston forging biar lebih ringan.

Jadi, sebenarnya lebih baik papas head agar piston nggak jenong. Banyak juga sih yang dipapas sampai habis! Nggak masalah juga, yang penting tidak sampai kena sitting klep. Papas sampai habis dilakukan agar lalu lintas gas bakar lebih cepat keluar-masuk klep.